Ticker news is only displayed on the front page.

Makna Persaudaraan SH Terate dalam Era Informasi Digital

Foto : Kangmas Tjatur Njoto Hadinegoro, saat wawancara eksklusif di kediamanya, Sabtu (24/5/2025). 

MADIUN | shtearate.co.id – Dalam wawancara eksklusif bersama Kangmas Tjatur Njoto Hadinegoro, sesepuh Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), beliau menggarisbawahi bahwa “persaudaraan” bukan sekadar semboyan, namun menjadi nafas dan inti dalam setiap sendi kehidupan organisasi SH Terate.

“Persaudaraan dalam SH Terate adalah nilai utama yang tidak boleh hanya menjadi jargon, tapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata dalam saling menghargai, menghormati, dan menyayangi sesama saudara,” ungkap Kangmas Tjatur.

Beliau menjelaskan bahwa dalam struktur ajaran SH Terate, persaudaraan adalah output yang dicapai melalui kesadaran batin dan latihan lahir, sebagaimana tercermin dalam mukadimah alinia kelima bahwa, “Sekedar syarat bentuk lahir disusunlah organisasi dalem Persaudaraan Setia Hati Terate,sebagai ikatan antara saudara Setia Hati dan lembaga yang bergawai sebagai pembawa dan pemancar cita”.

Menurut beliau, dalam praktik keseharian, persaudaraan SH Terate menuntut anggotanya untuk bersikap dewasa secara spiritual: mengendalikan emosi, mengurangi penilaian negatif terhadap saudara, dan menjaga etika meskipun berada dalam lingkup keakraban. “Ibarat beras yang saling bergesekan, dari gesekan itulah muncul kecerahan dan kemurnian,” ujarnya.

Namun, Kangmas Tjatur juga memberikan catatan penting terkait tantangan besar di era digital. Dalam zaman ketika media sosial begitu masif dan arus informasi datang tanpa batas, beliau mengingatkan pentingnya kearifan dalam menyerap informasi.

“Banyak kegagalan dalam memahami informasi itu karena kita tidak memiliki filter. Kita mudah terpancing oleh informasi yang menggeneralisasi, mengandung bias, atau sekadar opini tanpa dasar,” katanya. Ia menyarankan agar setiap insan SH Terate membekali diri dengan dua hal penting: kapasitas dalam menilai sumber informasi dan mengenali rekam jejaknya.

Beliau menambahkan bahwa informasi yang tidak tervalidasi bisa memicu fitnah, memecah belah, bahkan merusak nilai-nilai luhur persaudaraan. Maka dari itu, diperlukan kesadaran kolektif untuk bijak bermedia sosial dan tidak mudah tersulut oleh narasi yang belum tentu benar.

Sebagai penutup, Kangmas Tjatur menegaskan bahwa menjaga marwah SH Terate bukan hanya dengan silat, tetapi juga dengan silat hati dan silat pikir. “Persaudaraan itu bukan hanya warisan, tapi juga tanggung jawab. Dan tanggung jawab itu semakin berat di era digital seperti saat ini, “tandasnya.

  • Editor : KOMINFO-PUSAT/ANG.