Nilai Kerohanian SH Terate Dalam Membentuk Warga Menjadi Pendekar ber-Akhlaqul Karimah

Madiun | shterate.or.id – Jumlah anggota/warga SH Terate yang mendekati jutaan pada usianya yang menjelang satu abad mungkin menimbulkan pertanyaan kecil seperti; bagaimana nilai SH Terate berharmonisasi dengan nilai keagamaan yang dipeluk para warganya? Seperti diketahui bahwa Indonesia adalah negara yang mendukung dan menerima perilaku keagamaan yang dilindungi oleh Undang-undang.

Wakil Ketua 3 Bidang Kerohanian Pengurus Pusat SH Terate, DR. K.H. Sutoyo, M,Ag menjelaskan bagaimana nilai kerohanian diposisikan sebagai salah satu nilai utama dalam ber-SH. Mas Toyo, begitu ia akrab disapa, mengatakan bahwa bukan perkara mudah membina ribuan warga baru SH Terate yang tiap tahun bergabung untuk dapat menjadi seorang “SH-wan”; berperilaku sempurna atau ber-akhlak mulia. “Para warga, adik-adik kita ini tentu itu harus diolah batinnya. Untuk itu kita memerlukan panduan kerohanian. Dibentuk, di-breakdown dengan nama Ke-SH-an. Kita susun itu sedemikian rupa, sesuai dengan tujuan didirikannya SH Terate”, terang Mas Toyo.

Pria paruh baya yang juga menjabat Ketua MUI Kota Madiun 2020-2025 ini memaparkan upaya penyebarluasan materi ini dilakukan bertahap mulai tahun 2021. Kurikulum kerohanian ini disusun oleh para pakar dan tokoh-tokoh agama, didiskusikan agar bagaimana Ke-SH-an dapat sejalan dengan nilai agama dan nilai berbangsa-bernegara. Dengan begitu Mas Toyo berharap seluruh warga SH Terate ini dapat bertahap meningkatkan kualitas pribadinya dengan berperilaku sesuai nilai ke-SH-an, sesuai aturan negara, dan sesuai aturan agama.

Wakil Ketua 3 Bidang Kerohanian Pengurus Pusat SH Terate saat menjelaskan langkah-langkah pihaknya menanamkan nilai rohani dalam Ke-SH-an (Hum)

Terkait dengan isi kurikulum kerohanian dalam materi Ke-SH-an, karena disusun oleh para pakar keagamaan, Mas Toyo mengatakan agar para warga maupun masyarakat umum tidak perlu ragu. “Kerohanian dalam ke-SH-an ini diambil dari substansi agama, atau dalam bahasa Islam dikenal sebagai ilmu tasawuf. Substansi keagamaan tersebut kita rangkum dan diklasifikasikan untuk tiap-tiap tingkatan,” tegas tokoh yang mendapat gelar doktornya di bidang ilmu Tasawuf UIN Sunan Ampel Surabaya ini.

Proses penyebarluasan materi ini akan dilakukan dengan mengundang pelatih dari cabang-cabang. Akan ada pendidikan khusus terkait kurikulum, ilmu kerohanian, dan metode pembelajaran di diklat SH Terate pusat. Selanjutnya para pelatih akan mendapatkan sertifikat diklat pusat untuk melatih kerohanian. Materi yang diberikan pelatih nantinya harus disampaikan sesuai porsi, dan tidak diperkenankan mempelajari materi tingkat yang lebih atas jika warga belum memahami materi ke-SH-an di tingkat sebelumnya. “Warga SH Terate itu harus bisa menjadi teladan. Maka jika ke-SH-an itu dipelajari sejak tingkat paling bawah, insyaAllah mereka akan menjadi pendekar yang ber-akhlaqul karimah,”pungkas Mas Toyo. (Hum)