Kacab PSHT Bojonegoro, Kangmas Wahyu Subakdiono Saat menyampaikan sekilas sejarah perkembangan PSHT masa kemasa.
BOJONEGORO I shterate.or.id – Kilas balik sejarah berdirinya Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) di wilayah Kabupaten Bojonegoro, kala itu berawal pada tahun 1982 akan tetapi embrionya menurut narasumber, PSHT berdiri di Kabupaten Bojonegoro pada tahun 1979.
Hal ini disampaikan oleh Ketua PSHT Cabang Bojonegoro, Kangmas Wahyu Subakdiono, yang mana dalam kesempatan ini dirinya menceritakan sekilas perjalanan berkembangnya SH Terate di Bumi Angling Dharma ini, tepatnya di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur.
Kala itu, diawali dari pertunjukan pencak dor di Kecamatan Baureno. Kata Kangmas Wahyu Subakdiono, Dari pertunjukan pencak dor tersebut ada yang memanggil seorang warga SH Terate yang bernama Sri Yanto untuk naik ke panggung.
“Sehingga terjadi kres (adu pencak_red) dan lain sebaginya,” katanya Kangmas Wahyu saat di temui di Padepokan PSHT Bojonegoro, Rabu (13/10/2021).
Dari situlah selanjutnya berdiri latihan PSHT pertama kali di SMP Baureno. Karena dari hasil dari didikan tersebut belum cukup untuk disahkan maka pindah di Kota Bojonegoro.“Ada tiga orang yang pindah di Bojonegoro dan semua jadi warga,” ujarnya.
Ketiga kadang SH Terate tersebut, Lanjut Kangmas Wahyu diantaranya adalah Jendral Sidik Mustofa yang saat ini berdinas di Kementerian Koordinator Polhukam, yang kedua Kangmas Edi Priyono yang saat ini bekerja sebagai Kepala Sekuriti di salah satu Hotel Surabaya, dan yang ketiga Kangmas Sandro Tolib Marianta yang saat ini menjadi pengusaha.
“Berawal dari tiga itu kemudian berdiri lagi di daerah Setiabudi. Dari situlah awal perintis Persaudaraan Setia Hati Terate di wilayah Bojonegoro”, ucapnya.
Pada tahun 1981 barulah saya, Wahyu Subakdiono, datang ke Kabupaten Bojonegoro dan ikut melatih dan menjabat sebagai seksi teknik. Dan ikut mengembangkan SH Terate di wilayah Bojonegoro ini.
Dalam merintis PSHT di Kabupaten Bojonegoro ini banyak rintangan yang dihadapi termasuk salah satunya adalah tuduhan kelompok komunis karena pakaiannya hitam-hitam dan berlatih pada malam hari. Karena tuduhan-tuduhan itulah yang membuat ketidaknyamanan dalam perkembangan SH Terate di Bojonegoro.
“Kemudian berkembang di Mojokampung lebih tepatnya di masjid Mojokampung,” jelasnya.
Selain itu dalam mengembangkan SHT Terate yang saat itu masih minoritas sehingga banyak yang mencurigai karena SH Terate ini berasal dari Madiun juga.
“Selain itu masyarakat juga tidak mengerti bahwa sebenarnya SH Terate ini lahir dari seorang perintis kemerdekaan,” tambahnya.
Karena gerak langkah yang baik kepada masyarakat serta mampu menunjukkan aktifitas yang baik pula akhirnya SH Terate dapat diterima ditengah masyarakat dan berkembang hingga ke kecamatan-kecamatan di wilayah Bojonegoro diantaranya adalah Bobolan, Malo, Sumberejo, Kepohbaru, Kedungadem dan lain sebagainya.
“Siapapun yang datang waktu itu diterapkan cara melatih dengan bahasa-bahasa kromo (Jawa halus_red) sehingga mereka juga segan dengan kita karena kesantunan, ketawadukan para pelatih,” katanya.
Selanjutnya SH Terate Cabang Bojonegoro pada tahun 1982 baru mendapatkan SK dari PSHT pusat dan diketuai oleh Kangmas Suryono. Karena masih minimnya warga SH Terate yang ada di Bojonegoro, maka para kadang SH Terate yang ada di Bojonegoro menghubungi warga-warga di Kabupaten lainnya seperti Lamongan, Cepu dan lain sebagainya untuk membantu perkembangan SH Terate ini.
Hingga saat ini SH Terate telah berkembang pesat, hingga saat ini yang jumlah anggotanya mencapai ribuan. Menurut Kangmas Wahyu Subakdiono, segala apa yang dikerjakan dengan tulus ikhlas serta tidak mengeluh menjadi berkah tersendiri baginya. Dengan pengabdiannya yang memberikan ilmu yang baik maka Tuhan tidak menutup mata.
Dengan keikhlasan tersebut saat ini SH Terate dapat berkembang dengan pesat di Kabupaten Bojonegoro dengan mengembangkan pusat pusat sekretariatan di Ranting – Ranting yang ada di wilayah Bojonegoro.(HUM).